Es Kutub Utara Terus Mencair

20 May 2008

Terus mencairnya lapisan es Kutub Utara dalam empat tahun terakhir membuat Benua Arktik menyusut hingga ke ukuran yang terkecil dalam seabad terakhir. Jika hal ini terus terjadi, sebelum berakhirnya abad ke-21 Kutub Utara akan mengalami musim panas yang sepenuhnya tanpa es.

Para ahli Amerika Serikat (AS), Rabu (28/9), menyatakan,


fenomena alam ini terjadi karena peningkatan temperatur udara, yang diduga terkait dengan terus bertambahnya jumlah gas rumah kaca. Para ilmuwan dari Badan Antariksa AS (NASA) serta Pusat Data Es dan Salju Nasional AS itu telah memantau lapisan es di sana dengan memakai satelit sejak tahun 1979. NASA mengatakan pada tahun 2005 seluruh es di Arktik tidak lagi menutupi areal sebagaimana terjadi pada 1979 lalu.

Menurut laporan kelompok ilmuwan, dari data yang dikumpulkan selama bertahun-tahun, ini merupakan jumlah es yang paling sedikit di Arktik, setidaknya dalam kurun waktu 100 tahun terakhir.

Menurut laporan itu, sampai dengan 21 September lalu, luas areal es di Laut Arktik menciut menjadi hanya 2,05 juta mil atau setara dengan 5,31 juta kilometer persegi.

Dari tahun 1978 sampai 2000, luas rata-rata areal es Laut Arktik adalah 7 juta kilometer persegi. Laporan para pakar itu mencatat, tren pencairan telah menyusutkan areal perburuan suku (Eskimo) Inuit serta mengancam kelestarian beruang kutub, anjing laut, dan satwa liar lain.

Para ahli juga mengingatkan, jika pencairan terus berlanjut dalam tingkat yang sama, sebelum akhir abad ini di Kutub Utara sudah akan terjadi musim panas yang sama sekali tanpa es. Ramalan itu didasarkan pada temuan Dewan Arktik (Arctic Council), yang tahun lalu dilaporkan oleh 250 ilmuwan.

Pemanasan global
Pemanasan global (global warming), yang meningkatkan suhu udara di bumi, merupakan penyebab terus mencairnya lapisan es Kutub Utara.

Hampir semua ahli yakin, pemanasan global terjadi karena terperangkapnya panas matahari di dalam atmosfer bumi. Hal itu disebabkan oleh makin banyaknya jumlah berbagai gas rumah kaca (greenhouse gases). Di antaranya termasuk karbon dioksida yang berasal dari gas buangan kendaraan bermotor dan industri.

Banyak yang percaya bahwa pemanasan global akan membawa berbagai bencana, termasuk meningginya permukaan laut dan meningkatnya berbagai peristiwa alam, seperti topan.

Laporan para ahli itu menyebutkan juga, salah satu variasi Arktik telah memiliki pengaruh yang berkurang sejak tahun 1990-an. Itu merupakan salah satu gejala pencairan es akibat pemanasan global.

Karena eksistensinya ikut terancam akibat mencairnya es Kutub Utara, suku Inuit pada Desember mendatang berencana menyampaikan petisi. Isinya adalah menuduh Amerika Serikat melanggar hak asasi manusia dengan memicu pemanasan global, antara lain dengan menarik diri dari Protokol Kyoto yang bertujuan mengurangi gas rumah kaca. (Reuters)