Teliti Mata Air, PDAM Undang Tim Ahli

20 May 2008

AMLAPURA, NusaBali
Sabtu, 17 Mei 2008

Munculnya mata air di lokasi kering galian C Dusun Badeg Kelodan, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, disambut antusias PDAM Karangasem. Bahkan, PDAM siap mendatangkan tim ahli untuk meneliti debit air dari lokasi galian C yang berada di lereng Gunung Agung ini.

PDAM merasa perlu

mengundang tim ahli untuk melakukan survei, apakah itu memang mata air, dan apakah debit airnya cukup besar atau tidak. Jika debit airnya besar, tentu bisa dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat Desa Sebudi dan sekitarnya, yang selama ini didera krisis air. “Yah, saya janji akan datangkan tim ahli untuk melakukan survei di lokasi,” jelas Direktur PDAM Karangasem, I Gede Putu Kertia SE, kepada NusaBali di Amlapura, Jumat (16/5).

Sesuai laporan yang masuk, menurut Kertia, dimungkinkan ada mata air di lahan kering itu. “Makanya, perlu disurvei dulu, apa betul itu mata air, atau hanya rembesan. Dengan begitu, ke depan PDAM lebih mudah menindaklanjutinya,” jelas Kertia. Seperti kebanyakan warga setempat, Kertia pun sedikit terkejut dengan berita munculnya mata air di lahan kering ini, apalagi berada di daerah ketinggian, yakni lereng Gunung Agung. Jika benar-benar itu mata air, menurut dia, perlu digali lebih dalam agar debitnya bertambah.

Ditambahkan Kertia, munculnya sumber air di lokasi galian C yang merupakan daerah gersang lereng Gunung Agung itu, merupakan kejadian di luar dugaan. Sebab, selama ini dianggap tidak mungkin ada mata air di tanah lahar, dengan ketebalan lahar sekitar 40 meter. Namun, dia gembira dengan munculnya mata air yang sedikit berbau keajaiban ini. Sekecil apa pun sumber air yang ada, kata Kertia, akan coba dimanfaatkan. “Sepanjang secara teknis memungkinkan untuk dimanfaatkan PDAM, tentu akan ditindaklanjuti. Jika benar merupakan mata air, debit harus diukur. Tapi, jika berupa rembesan, tidak bisa dimanfaatkan PDAM,” katanya.

Menurut Kertia, bukan hanya debit air yang baru muncul sepekan lalu di galian C Desa Sebudi ini yang akan disurvei. Namun, mata air yang sebelumnya muncul di Dusun Ancut, Desa Sebudi, sebagaimana diutarakan tokoh warga I Ketut Surata, juga akan disurvei ulang PDAM. Satu hal yang membuat pihak PDAM tertarik untuk menindaklanjuti kedua mata air itu, kata Kertia, karena munculnya di kawasan ketinggian yang dikenal gersang. Jika benar debitnya besar, ke depannya kedaua sumber air ini bisa dialirkan ke masyarakat sekitar dengan sistem gravitasi.

Apalagi, pelayanan air bersih untuk Desa Sebudi, Desa Amerta Buana, Desa Selat, dan desa kering lainnya di Kecamatan Selat selama ini, kurang optimal. Khusus untuk Desa Sebudi yang mewilayahi 10 dusun, masyarakat hanya mengandalkan cubang-cubang pribadi. Cubang tersebut akan terisi air jika turun hujan. Selanjutnya, jika musim kemarau tiba, warga Desa Sebudi harus membeli air seharga Rp 80.000 hingga Rp 100.000 per tanki. Sedangkan bangunan embung di jaba Pura Pasar Agung yang dibangun tahun 2000, walau telah penuh terisi air, ternyata belum bisa dialirkan. Sebab, bagian palepnya rusak.

Karenanya, tiga cubang yang di Dusun Sebun, Desa Sebudi yang sedianya akan digunakan untuk menampung air dari embung itu, kini mangkrak. Dua dari tiga cubang di Dusun Sebun bahkan sudah retak, pipa yang digunakan mengalirkan air juga telah pecah. Dihubungi NusaBali secara terpisah, Bupati Karangasem Wayan Geredeg melalui Kabag Humas dan Protokol Setdakab I Komang Agus Sukasena, mengaku belum mengetahui persis adanya mata air yang baru muncul di lokasi galian C Desa Sebudi. Meski demikian, pihaknya berjanji untuk berkoordinasi dengan bagian Pengendalian Pembangunan (PP) guna menindaklanjuti berita sejuk ini. “Saya masih berkoordinasi dengan bagian PP, untuk menindaklanjuti laporan itu,” jelas Sukasena.

Ditambahkan Sukasena, mengingat munculnya mata air itu di daerah gersang dan sangat dibutuhkan warga sekitar, maka perlu dikaji. Dia pun sepakat dengan keputusan PDAM untuk mendatangkan tenaga ahli tentang air guna meneliti mata air di lereng Gunung Agung ini. Menurut Sukasena, sedapat mungkin debit air yang ada ditingkatkan, dengan dilakukan pengerukan lebih dalam secara teknis. Bahkan, kata dia, juga perlu mengedepankan unsur niskala, melalui upacara magpag toya. Mata air di lereng Gunung Agung itu sendiri muncul sejak pekan lalu, di lokasi galian C berkedalaman sekitar 26 meter milik keluarga pasangan I Wayan Subrata dan Ni Nyoman Bunter, warga Desa Sebudi. Mata air yang menggenang dan muncul sejak pekan lalu ini kini sudah mulai dimanfaatkan warga untuk dikonsumsi.

NusaBali sempat datang ke lokasi, Kamis (15/5). Terlijat, genangan air itu memanjang sekitar 5 meter, dengan lebar 3 meter, dan kedalamannya belum diketahui pasti. Genangan air yang bening kehijauan itu tampak bergerak-gerak, pertanda ada mata air yang muncul dari bawah. Menurut pemilik lahan, Ni Nyoman Bunter, sejak mulai melakukan aktivitas galian C dua bulan lalu, pihaknya sudah menemukan sedikit keanehan. Sebab, pasir hitam yang dikeruknya ternyata basah. Setelah dikeruk lebih dalam lagi hingga 26 meter, ternyata muncul mata air. Hal ini sebuah keajaiban, karena kawasan itu selama ini dikenal gersang dan selalu kesulitan air.

Begitu mata air yang dianggap ajaib ini muncul sejak pekan lalu, warga sekitar langsung memanfaatkannya untuk kepentingan konsumsi. Padahal, menurut Nyoman Bunter, pihaknya belum sempat melakukan upacara ritual khusus untuk munculnya sumber air ini. “Saya sebetulnya sangat menyayangkan warga sekitar mengambil air ini, padahal saya baru berencana membuatkan upacara khusus,” jels Bunter.